Aku melihatnya menangis ketika ia merasakan betapa dalamnya ditinggalkan ribuan kilometer oleh keluarganya. Apakah aku bisa membuatnya kembali tersenyum?.
Aku adalah orang yang ia anggap hanya sebagai piguran hidupnya. Aku sadar itu. Bertahun-tahun yang aku lewati untuk menunjukan semua rasa peduli ini, tapi tetap terasa biasa dimatanya.
Aku tetap bertahan dalam kelemahanku, aku tau dia sedang berada diposisi yang sangat rawan dalam hatinya.
Aku sempat berpikir untuk pergi ketika ia bersikap dingin. Tapi aku tetap bertahan disaat apapun untuk dia.
Kepergian keluarganya memang sangat memukul perasaanya. Tapi keterpukulan hati ini, tidak akan terasa ketika aku bersedia menemaninya disaat semua dalam hidupnya pergi.
Aku tetap disini, bersamamu dan tetap bertahan dari jauh.
Flash Fiction ini ditulis untuk mengikuti program #FF2in1 dari http://www.nulisbuku.com di Facebook dan Twitter @nulisbuku
Comments
Post a Comment