Sore itu, di gerbong 5 kereta jurusan Jakarta Kota-Bogor berdiri seorang lelaki melewati penatnya keadaan pekerjaan. Lelaki itu bernama irfan. Ia tak bisa menahan otaknya untuk berselancar memikirkan segala hal yang dialaminya. Pikiran tentang pekerjaan, keluarga bahkan rindu pada ibunya. Rindu pada ibu adalah yang paling besar porsinya. Bagaimana tidak? Sudah lebih dari 3 bulan ia tak jumpa, dan hanya sesekali menelpon untuk menanyakan kabar saja.
"Malam bu, apa kabar? Sehat bu?" tanya irfan via aplikasi berbagi pesan. Ia malu kalau harus telpon dikeadaannya sekarang.
Nampak layar handphonenya berubah, nama "mamah" terlihat melakukan panggilan masuk.
Nampak layar handphonenya berubah, nama "mamah" terlihat melakukan panggilan masuk.
"Aduh" batin irfan. Irfan segan menerimanya. Ia diamkan sampai berakhir panggilan itu.
"Maaf bu, aku masih di kereta. Nanti kalo udah dirumah aja yah"
.
Tak ada balasan dari mamahnya. Irfan anggap biasa, selain itu baterai di handphonenya pun sudah sekarat.
.
Tak ada balasan dari mamahnya. Irfan anggap biasa, selain itu baterai di handphonenya pun sudah sekarat.
"Fan, mamah tadi habis papah antar ke dokter, kondisinya mudah-mudahan membaik."
"Oh iya pah. Pantas tadi mamah telpon juga, tapi tak sempat aku angkat. Sakit apa? Jaga kondisi yah kalian. Sehat selalu."
"Biasa, mamahmu tak pernah bilang kalo sakit, tadi tiba-tiba drop dan pusing."
"Iya pah, kebiasaan tuh. Cepet sembuh yah buat mamah" singkat irfan.
"Iya pah, kebiasaan tuh. Cepet sembuh yah buat mamah" singkat irfan.
Perjalanan kereta diakhir tujuan berlanjut ke kontrakan kecil irfan. Ia menggunakan motor maticnya. Diperjalanan yang kurang lebih 30 menit, otaknya kembali berselancar. Ia mengingat semua jasa ibunya. Takut ibunya tak bisa sembuh lagi.
"Fan, sini makan dulu"
"Bentar, mah. Tanggung mah, one piecenya belum beres, lagi seru-serunya"
"Jangan nonton mulu, ini ada sarden kesukaanmu, biar gak kurus terus"
"Bentar, mah. Tanggung mah, one piecenya belum beres, lagi seru-serunya"
"Jangan nonton mulu, ini ada sarden kesukaanmu, biar gak kurus terus"
Irfan teringat masa SMPnya yang seringkali diakhir pekan harus diingatkan untuk makan.
"Mah, kalo irfan jadi ketua osis setuju gak?"
"Yakin, kamu?"
"Iya mah, teman-teman percaya ke irfan. Meskipun awalnya malas"
"Kalo kamu mau, ya jalani saja. Terpilih atau engga, tetap jadi irfan yang apa adanya. Satu pesan mamah, jangan sampai kamu terlalu banyak pikiran. Nanti sakit, dan repot sendiri"
"Yakin, kamu?"
"Iya mah, teman-teman percaya ke irfan. Meskipun awalnya malas"
"Kalo kamu mau, ya jalani saja. Terpilih atau engga, tetap jadi irfan yang apa adanya. Satu pesan mamah, jangan sampai kamu terlalu banyak pikiran. Nanti sakit, dan repot sendiri"
Irfan bahkan teringat pesan mamahnya saat ada keinginan menjadi ketua osis. Pesan yang sampai sekarang selalu disampaikan. .
Sesampainya di kontrakan, irfan disambut oleh wanita cantik, yang tak lain adalah istri tercintanya.
"Assalamualaikum cantik"
"Waalaikumsalam sayang"
"Mana dede? Udah bobo?"
"Dede asha baru aja bobo, dari tadi rewel mulu, sekarang kecapean kayanya."
"Assalamualaikum cantik"
"Waalaikumsalam sayang"
"Mana dede? Udah bobo?"
"Dede asha baru aja bobo, dari tadi rewel mulu, sekarang kecapean kayanya."
"Oh yaudah gapapa, yang penting sehat kan?"
"Sehat. Alhamdulillah. Aku siapin makan dulu yah, kamu bersih-bersih dulu aja. Tadi aga gerimis juga kan"
"Oke siap, cantikku."
"Sehat. Alhamdulillah. Aku siapin makan dulu yah, kamu bersih-bersih dulu aja. Tadi aga gerimis juga kan"
"Oke siap, cantikku."
Perbincangan terjadi saat irfan mulai makan dan istrinya yang sedang merapikan pakaian.
"Buna, ternyata mamah sakit, tadi aku tau dari papah"
"Sakit apa, yang?"
"Tak tau pasti sih. Katanya drop sama pusing, biasalah mamah gak pernah bilang sebelumnya."
"Cobalah kamu telpon juga"
"Nanti, beres aku makan saja lah yah"
..........
"Oh iya buna, yang aku ceritakan kemarin, tentang dinas luar ke Belgia itu, jadinya 2 minggu, diperpanjang, karena pameran kebudayaan indonesia tambahan dari pihak sananya. "
"Makin lama dong? Hem. "
"Gapapa lah, sebelum berangkat aku cuti 3 hari kan, mau ngajak kamu, dede jalan dulu, sekalian ketemu mamah juga"
"Nah gitu dong, adil kan kalo begitu, meskipun cuma 3 hari."
"Buna, ternyata mamah sakit, tadi aku tau dari papah"
"Sakit apa, yang?"
"Tak tau pasti sih. Katanya drop sama pusing, biasalah mamah gak pernah bilang sebelumnya."
"Cobalah kamu telpon juga"
"Nanti, beres aku makan saja lah yah"
..........
"Oh iya buna, yang aku ceritakan kemarin, tentang dinas luar ke Belgia itu, jadinya 2 minggu, diperpanjang, karena pameran kebudayaan indonesia tambahan dari pihak sananya. "
"Makin lama dong? Hem. "
"Gapapa lah, sebelum berangkat aku cuti 3 hari kan, mau ngajak kamu, dede jalan dulu, sekalian ketemu mamah juga"
"Nah gitu dong, adil kan kalo begitu, meskipun cuma 3 hari."
"Kalo mamah sehat, aku mau ajak juga biar jalan-jalan sama kita. Biar gak pusing mulu sama pekerjaan rumahnya"
"Yah mudah-mudahan sehat yah mamah kamu, sayang."
"Yah mudah-mudahan sehat yah mamah kamu, sayang."
Irfan cuti di hari Rabu - Jumat, karena sabtunya sudah harus berangkat ke Belgia.
Cuti hari pertama dihabiskan untuk keluarganya, berenang dan nonton pertunjukkan seni. Irfan sangat tau kesukaan anak dan istrinya. Ia senang melihat keduanya tampak bahagia. Meskipun dalam hatinya, ia selalu memikirkan ibunya yang sedang sakit.
"Tenang, Lusa kan ketemu sama mamah" batin nya.
"Tenang, Lusa kan ketemu sama mamah" batin nya.
Cuti hari keduanya, ia ajak keluarga kecilnya berkunjung ke minimarket untuk berbelanja dan membuat bingkisan sebanyak 10. Isinya beragam sembako.
"Buat apa ini, sayang?"
"Ayo ikut aja buna, aku mau tunjukin suatu hal yang penting buat dede asha, meskipun ia masih kecil"
"Ayo ikut aja buna, aku mau tunjukin suatu hal yang penting buat dede asha, meskipun ia masih kecil"
Disebuah motor matic kecil tersebut tampak penuh dengan bingkisan tersebut, irfan dan keluarga kecilnya menyusuri pinggir kota. Sampai ia bertemu beberapa orang.
Ia memarkirkan motornya disekitar bapak yang sedang membersihkan trotoar.
Ia memarkirkan motornya disekitar bapak yang sedang membersihkan trotoar.
"Ayo buna, kita turun dulu, bawa satu bingkisannya, kita ke bapak-bapak itu"
"Oh iya sayang, siap."
"Oh iya sayang, siap."
"Assalamualaikum, pak. Maaf ganggu waktunya. Ini ada bingkisan, rezeki dari Allah buat bapak yang dititipkan ke keluarga kami. Semoga bisa bermanfaat pak."
"Oh iya dek, makasih banyak. Semoga berkah juga untuk ade sekeluarga."
"Oh iya dek, makasih banyak. Semoga berkah juga untuk ade sekeluarga."
"Sama-sama pak. Terima kasih"
...........
Istrinya tampak terdiam, dede asha tampak senyum.
...........
Istrinya tampak terdiam, dede asha tampak senyum.
"Aku terharu, sayang"
"Iya, buna. Ini yang mau aku ajakan ke dede cantik ini, biar tau, sebagian rezeki kita adalah rezeki orang lain yang dititipkan sama Allah."
"Iya, buna. Ini yang mau aku ajakan ke dede cantik ini, biar tau, sebagian rezeki kita adalah rezeki orang lain yang dititipkan sama Allah."
"Ayo buna, kita lanjut lagi" ajak irfan pada istrinya
"Oke papah." jawab istrinya sembari tangan dede asha digerak-gerakan.
"Oke papah." jawab istrinya sembari tangan dede asha digerak-gerakan.
Hari itu mereka pulang larut malam. Karena sempat terjebak hujan deras. Sesampainya di kontrakan.
"Besok kita ke nenek yah, dede cantik."
Dede asha cuma tertawa dan gigit tangannya sendiri.
"Sekarang kita istrahat dulu yah buna dan dede cantik".
Dede asha cuma tertawa dan gigit tangannya sendiri.
"Sekarang kita istrahat dulu yah buna dan dede cantik".
......
Dering handphone nyaring sekali, sontak membangunkan irfan dan istrinya.
" halo, Assalamualaikum" jawab irfan menjawab telpon yang masuk
"Fan, papah lagi dirumah sakit, nanti kalo kamu jadi ke rumah, papah taruh kuncinya ditempat biasa"
"Ngapain pa?" tanya irfan yang masih terasa ngantuk.
"Nganter mamah nih. Perlu di infus kata dokter"
Sontak saja irfan langsung sadar sepenuhnya dan bergegas untuk shalat dan siap-siap menyusul ke rumah sakit.
" halo, Assalamualaikum" jawab irfan menjawab telpon yang masuk
"Fan, papah lagi dirumah sakit, nanti kalo kamu jadi ke rumah, papah taruh kuncinya ditempat biasa"
"Ngapain pa?" tanya irfan yang masih terasa ngantuk.
"Nganter mamah nih. Perlu di infus kata dokter"
Sontak saja irfan langsung sadar sepenuhnya dan bergegas untuk shalat dan siap-siap menyusul ke rumah sakit.
"Buna, aku siap-siap dulu yah, mau nyusul ke rumah sakit, mamah katanya perlu di infus. Kalo dede masih bobo, kamu nanti aku jemput yah"
"Oke sayang, jangan buru-buru gitu tapi yah"
"Oke sayang, jangan buru-buru gitu tapi yah"
Irfan langsung menuju rumah sakit.
"Mamah kenapa lagi? Mah."
"Gapapa ko irfan, mamah cuma kecapean aja"
"Banyakin istrahat dong, jangan gitu"
"Iya anak mamah yang ganteng. Ini sehat kan. Liat" mamahnya sembari menunjukan kepalan tangannya.
Irfan marah sekaligus sedih melihat mamahnya sakit. Ia kembali teringat masa-masa kecilnya yang sering sakit dan mamahnya lah yang setia merawat.
"Gapapa ko irfan, mamah cuma kecapean aja"
"Banyakin istrahat dong, jangan gitu"
"Iya anak mamah yang ganteng. Ini sehat kan. Liat" mamahnya sembari menunjukan kepalan tangannya.
Irfan marah sekaligus sedih melihat mamahnya sakit. Ia kembali teringat masa-masa kecilnya yang sering sakit dan mamahnya lah yang setia merawat.
"Mamah, waktuku kecil adalah yang paling setia merawatku saat aku sakit. Sekarang aku ga bisa setiap saat ada buat mamah. Maafin yah mah"
"Jangan bilang begitu, kan masih ada papah juga yang jagain mamah. Kamu kan udah punya tanggung jawab ke keluarga kamu, itu lebih penting. Mamah tetep kuat dan sehat kok." jelas mamah sambil tertawa tipis.
"Besok aku pergi mah, 2 minggu ke Belgia, ada pameran disana, doain yah mah. Tadinya hari ini aku mau ajak mamah jalan-jalan. Eh malah enak-enakan tidur disini, ditusuk-tusuk lagi tangannya.hehehehe. Ga jadi deh"
"Iya, udah tau dari nina istrimu itu, kamu tetep jaga kesehatan. Jangan mikirin mamah aneh-aneh. Mamah sehat selalu sampai kamu pulang."
"Pasti sehat selalu mah. Nanti nina sama dede asha nginep dirumah mamah, selama aku pergi."
Kabar dari dokter, mamahnya irfan tak pwrlu dirawat lebih lanjut dan bisa pulang. Nina sudah menunggu dirumah dan irfanpun tenang tentang keadaan mamahnya yang sudah mulai membaik.
Keesokan harinya irfan bergegas ke bandara. Keluarganya tak mengantarkan, karena memang keinginan irfan sendiri.
"Gausah repot-repot, biasanya juga begitu kan. Mamah juga masih belum pulih kan. Biar kalian dirumah aja." ucap irfan.
"Yasudah, apa katamu aja fan. " jawab papahnya
"Iya, pah. Aku titip mamah yah, sampai aku ke sini lagi harus sehat lagi. Buat buna, aku titip dede asha yah, biar sehat terus juga kalian berdua. Buat asha cantikku, jangan nakal yah, jagain mamah juga biar gak maen handphone mulu. Hehehe. Buat mamahku, jaga kesehatan, doain aku juga. Insya Allah kita semua nanti jalan-jalan bareng juga"
"Pasti sehat selalu mah. Nanti nina sama dede asha nginep dirumah mamah, selama aku pergi."
Kabar dari dokter, mamahnya irfan tak pwrlu dirawat lebih lanjut dan bisa pulang. Nina sudah menunggu dirumah dan irfanpun tenang tentang keadaan mamahnya yang sudah mulai membaik.
Keesokan harinya irfan bergegas ke bandara. Keluarganya tak mengantarkan, karena memang keinginan irfan sendiri.
"Gausah repot-repot, biasanya juga begitu kan. Mamah juga masih belum pulih kan. Biar kalian dirumah aja." ucap irfan.
"Yasudah, apa katamu aja fan. " jawab papahnya
"Iya, pah. Aku titip mamah yah, sampai aku ke sini lagi harus sehat lagi. Buat buna, aku titip dede asha yah, biar sehat terus juga kalian berdua. Buat asha cantikku, jangan nakal yah, jagain mamah juga biar gak maen handphone mulu. Hehehe. Buat mamahku, jaga kesehatan, doain aku juga. Insya Allah kita semua nanti jalan-jalan bareng juga"
..............
Selama dinas luar di belgia, irfan tak pernah lupa memberi kabar dan sesekali video call dengan nina atau mamahnya. Baru kali ini, irfan merasa sangat sedih karena jauh dari keluarga. Apalagi mamahnya lagi sakit. Ingin sekali cepat-cepat pulang kerumah.
"Halo halooo, mah. Nina sudah tidur yah?"
"Baru saja, tadi nemenin dede. Kamu lagi apa fan?"
"Lagi makan nih mah, aku kangen mamah. Kenapa yah gak biasanya? Kangen nina dan dede juga. Papah sih biasa aja."
"Wajar fan, kan jauh disana."
"Sehat-sehat yah kalian sampai aku pulang. Makasih mah selalu ada buat aku disaat apapun"
"Baru saja, tadi nemenin dede. Kamu lagi apa fan?"
"Lagi makan nih mah, aku kangen mamah. Kenapa yah gak biasanya? Kangen nina dan dede juga. Papah sih biasa aja."
"Wajar fan, kan jauh disana."
"Sehat-sehat yah kalian sampai aku pulang. Makasih mah selalu ada buat aku disaat apapun"
3 hari sebelum jadwal pulang irfan. Terdengar bunyi handphone berdering.
"Halo, Assalamualaikum, iya pah. Ada apa?"
"Waalaikumsalam, nina lagi dimana?"
"Ini lagi ditaman pah, sama dede. Mamah tadi sama ibu retno dirumah"
"Papah tadi ditelpon sama kepegawaian tempat irfan kerja."
"Iya kenapa pah?"
"Nanti dijelasin dirumah saja, kamu sekarang pulang dulu, papah izin pulang cepat nih dari kantor"
Sesampainya dirumah.
Mamah terlihat sedih dipangkuan papah, nina tampak bingung melihatnya.
"Ada apa mah, pah?"
"Irfan katanya masuk rumah sakit, nina. Semalem kata kawannya jatuh didepan kamar mandi, sekarang masih kritis".
Nina tak bisa berkata apapun, ia hanya ikut memeluk mamah dan papahnya.
Nina tak percaya, karena baru semalam, ia telpon irfan, dan tau kalo kondisinya baik-baik saja.
"Waalaikumsalam, nina lagi dimana?"
"Ini lagi ditaman pah, sama dede. Mamah tadi sama ibu retno dirumah"
"Papah tadi ditelpon sama kepegawaian tempat irfan kerja."
"Iya kenapa pah?"
"Nanti dijelasin dirumah saja, kamu sekarang pulang dulu, papah izin pulang cepat nih dari kantor"
Sesampainya dirumah.
Mamah terlihat sedih dipangkuan papah, nina tampak bingung melihatnya.
"Ada apa mah, pah?"
"Irfan katanya masuk rumah sakit, nina. Semalem kata kawannya jatuh didepan kamar mandi, sekarang masih kritis".
Nina tak bisa berkata apapun, ia hanya ikut memeluk mamah dan papahnya.
Nina tak percaya, karena baru semalam, ia telpon irfan, dan tau kalo kondisinya baik-baik saja.
" biar mamah sama nina saja yang kesana, pah. Nanti besok biar nina urus semuanya".
"Iya, nanti papah bantu, sekarang kita kirim doa saja. "
.............
"Suamimu itu selalu marah sama mamah kalo mamah gak pernah bilang ketika sakit, sekarang dia yang begitu. Obatnya pasti tak diminum lagi. Padahal dia tau kalo suka kumat lemah jantungnya."
"Iya, nanti papah bantu, sekarang kita kirim doa saja. "
.............
"Suamimu itu selalu marah sama mamah kalo mamah gak pernah bilang ketika sakit, sekarang dia yang begitu. Obatnya pasti tak diminum lagi. Padahal dia tau kalo suka kumat lemah jantungnya."
Mamah dan nina bergegas untuk mengurus segalanya, di bantu pihak kantor. Kabar terbaru, irfan sempat sadar meskipun hanya beberapa menit.
"Besok kita berangkat, mudah-mudah kita sampai, irfan sudah membaik" kata mamah ke nina.
"Iya mah, dengan izin Allah. Mamah juga tetap......"
"Iya mah, dengan izin Allah. Mamah juga tetap......"
Tangis jatuh berhamburan ketika percakapan tak usai itu dihentikan oleh kabar dari telpon muncul.
Kabar kalau irfan tak lagi ada, tak lagi bisa pulang dengan keceriannya. Hanya menyisakan nama dan jasad kaku tak bernyawa.
Mamah tampak sedih begitu hebat, beliau bernostalgia dengan irfan semasa kecil hingga dewasa. Pria yang baik, pendiam, kadang penakut, tapi punya prinsip.
Nina pun sedih tak terukur. Nina mengingat pesan terakhir irfan sebelum pergi. Sekarang tak ada lagi yang mengajak menonton pentas seni, atau bahkan membagikan bingkisan ke orang yang membutuhkan. Semua tinggal kenangan.
Keduanya saling berpelukan, tak bisa dipercaya dan dipikirkan, sedih itu sangat dalam.
"Mah, kemarin baru aja irfan bilang, "sehat-sehat yah kalian semua, aku doa sama Allah begitu". Apakah irfan lupa berdoa buat dirinya?" tangis nina memuncak.
"Iya nina, mamah juga sudah sehat. Sekarang irfan pulang, malah mamah yang sedih bukan senang. "
..............
..............
Irfan pulang dengan cara lain. Kenyataannya sekarang berbeda. Irfan selalu berdoa untuk ibu dan keluarganya. Bahkan sampai lupa berdoa untuk dirinya sendiri.
...............
Cerita ini terinspirasi dari sebuah lagu yang berjudul "Do'a Untuk Ibu" yang dipopulerkan oleh Ungu.
.
.
.
Lukman Ajiz
#CeritaDariSebuahLagu
#DoaUntukIbu
#TerimaKasihIbu
#CatatanAjiz
.
.
.
Lukman Ajiz
#CeritaDariSebuahLagu
#DoaUntukIbu
#TerimaKasihIbu
#CatatanAjiz
Comments
Post a Comment