Setitik kepercayaan dari seorang manusia akan tertanam dan ditanamkan dengan ikhas pada objek manusia lainnya.
Tapi tidak untuk milo. Milo adalah satu-satunya orang yang sepanjang hidupnya tak pernah dipercaya, seperti itulah yang ia rasakan.
Mengapa itu bisa terjadi?
Milo pernah bercerita lewat tulisan yang tak sengaja saya baca.
Isinya seperti ini.
"Kepada tuhan, apakah engkau membuatku muak dengan ketergantunganku terhadap sebuah tembok bernama kepercayaan itu. Aku bahkan tak bisa mengapainya, aku hanya bisa melihat dari kejauhan, dan itupun terhalang oleh manusia-manusia lain yang kurasa memakai topeng.
Kepercayaanku kepadaMu, aku rasa lebih dari tembok itu, apakah adil dengan mereka yang bahkan tak melirikku sedikitpun dengan kepercayaannya.
Ku pernah berusaha membantu dalam hal yang bahkan aku kuasai, aku tetap tidak diberikan setitikpun kepercayaan.
Ku tidak hebat dalam ilmu pengetahuan dan ketika ada orang lain yang membutuhkan bantuan, aku berusaha ada dan membantunya. Pada awal memang orang tersebut berusaha bertanya kepadaku, tetapi setelah jawabanku lontarkan kepadanya, ia merasa bingung dan mulai mengabaikanku dengan bertanya kepada orang lain. Jelas bentuk ketidakpercayaanya kepadaku.
Ku memang tak hebat dalam olahraga, sepakbola, basket, voli, dan lainnya. Tetapi ketika ku menjalaninya, rasa senang itu selalu menemani, sampai pada saat semua itu terjadi, lagi lagi aku terbunuh oleh kepercayaan. Aku tak pernah dipercaya dalam satu tim di semua olahraga yang aku mainkan. Sepakbola, aku tak pernah dipercaya untuk di umpan, sehingga tampak menguasai bola. Di basket, aku bahkan menjadi penghuni sisi lapangan dan penikmat latihan, tanpa sedikitpun diberi kepercayaan untuk membuat angka.
___________________________________
Apakah itu adil? Apakah itu______
________________________________________________________________
Kepada Tuhan, masalah ini mungkin tidak seberapa untukMu, untuk orang-orang yang hebat, dan untuk orang-orang yang mudah untuk berinteraksi dan punya daya juang yang luar biasa, berbeda denganku yang hanya seperti batu ditengah keramaian, dan seperti kaktus ditengah keheningan.
Masih banyak yang ingin aku ceritakan padaMu dan padamu yang membaca ini, sekarang aku sedang berusaha menggapai kepercayaanMu dan kepercayaan dari makhluk-makhlukMu. Mungkin nanti dengan caraku sendiri, bisa membuat kepercayaan itu hadir meski di akhir sisa hidupku ini.
Sejujurnya tulisan inipun mempunyai arti mencari kepercayaan dari setiap pembacanya.
Aku sedang dan akan menuju tujuanku itu, meskipun aku telah___________________________________________________________________________
Aku berharap kepadamu, pembaca, mungkin kamu yang pertama mempercayaiku, dan kamulah yang dikirim tuhan untuk membaca ini. Terima kasih.
Sampai jumpa, dan baca lagi tulisanku
Milo- 31 Desember 2015"
Ceritanya bahkan tak pernah lengkap, dan ada bagian yang mungkin terpotong, karena banyaknya potongan kertas dan coretan di berbagai bagian cerita tersebut. Saya merasa mungkin kertas tersebut seharusnya telah memuat solusi yang telah milo temukan tetapi terpisah dari kertas yg saya temukan dan jujur, saya penasaran dengan apa yang sedang dilakukan milo untuk meraih kepercayaanya itu.
Milo penuh kegelisahan, kekhawatiran, dan penasaran.
Seperti sekarang saya, penasaran dengan apa yang tertulis dibagian yang hilang, dan apa yang telah dilakukan milo sekarang.
Jika kamu menjadi milo, apa yang akan kamu lakukan untuk meraih kepercayaan yang begitu sulit kamu dapatkan dari orang lain? Coba ceritakan.
Comments
Post a Comment