Skip to main content

Cerita-nya Sedikit Horor (Bagian 2)

Cerita Sebelumnya di Bagian 1 [Klik disini]

“kita dijebak” terdengar suara dari belakangku.
“kalian dari mana?” tanya aldi  entah kesiapa. Mungkin kesemuanya.
“kenapa kami harus jawab pertanyaan kamu, sedangkan kamu juga tak menjelaskan apapun” jelas salah satu dari si kembar.
“oke, kami diundang kesini untuk harta karun, 19:30. Dan kami berdua.” Aku jelaskan
“sama” serentak mereka menjawab.
“minum dulu, fir” aldi melemparkan minumannya kearahku.
Setelah itu, kami saling berkenalan. Aku lupa sama sekali nama mereka. Mungkin aldi ingat, biar nanti aku tanyakan dulu. Untuk memudahkan sebut saja mereka. Satu, Dua, Tiga, Empat, Lima, Enam, Tujuh, Delapan. Itu yang aku lakukan saat itu. Memberikan mereka nomor dan aku mendapatkan no.9 dan aldi no.10.
Satu-Dua (si kembar baik-galak)
Tiga-Empat (Sipenakut-pemain Basket)
Lima-Enam (adi-kakak Ketua OSIS-fotographer)
Tujuh-Delapan (Karateka-Saintis)
Sembilan-Sepuluh (Aku-Aldi)
5 pasang yang sangat luar biasa. Kami semua bergabung saat itu. Tujuan kami sama mencari harta karun. Bukan, berubah menjadi mencari tau kami dijebak oleh siapa. 10 orang bodoh yang baru tersadar.
30 menit pertama, kami berusaha mencari jalan keluar. Dari mulai merusak gerbang dan memanjatnya tapi tak ada yang berhasil. Kami menyerah dan berusaha untuk mencari jalan lain. Tentu dengan menyusuri seluruh bangunan Rumah Sakit tersebut.

“Jangan kesana lah, disini aja. Kayanya lebih aman deh. Lagian disana kan gelap banget” si Tiga mencoba meyakinkan semuanya.
“ya elah ga usah takut. Gak bakalan ada apa-apa. Tenang ini emang bagian dari permainannya kayanya” si Tujuh yang sangat berpikiran positif
Aku dan Aldi hanya diam, lebih banyak memperhatikan dan fokus memegang penerangan kami.
Ya, kami berjalan sesuai dengan urutan. Kami berdua dibelakang. Kami memang gak terlalu takut dengan keadaannya. Jadi biasa saja. Rumah sakit ini tampaknya sepi. Sepi benar-benar sepi. Gedung tidak terpakai.
Kami semua menuju lorong yang kiri kanannya hanya dinding tanpa lampu satupun. Beberapa langkah, kami masih terus berjalan dan sampai ditengah-tengah lorong. Tiba-tiba lampu menyala.
“Aaaaaaaaaaaaaaaaaaarrrrgggghhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh” teriak yang aku curigain adalah si No. 3
Seraya, kami semua terkagetkan oleh kejadian itu. Termasuk aku.
“Sorry, tadi gue yang nyalain lampunya” si Lima sambil menunjukan kontak untuk lampu lorong tersebut.
“ehhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh”
Si Lima kemudian di dorong sama si Enam yang pintu yang terletak disebelah kiri terbuka dan ternyata ada ruangan yang berisikan Kasur-kasur rumah sakit (entah namanya apa) kosong. Awalnya aku pikir ini adalah kamar mayat. Tapi tenang, ini bukan.
Rasa beraniku berkurang, aldi pun kurasa demikian.
“ayo kita masuk. kita cari tau didalam ada apa” Ajakku yang sebenarnya mulai merasa tidak nyaman kalau tetap diluar ruangan.
Seperti yang ku bilang, ini semuanya hanya kasur dan kasur.
Kami bersepuluh masuk ke ruangan tersebut.
“Di, lu kenapa?” aku melihatnya sangat lemas sekali
“ngatuk nih” jawabnya
“gue tidur dulu disini enak kayanya” aldi berbaring di salah satu kasur.
Praaaakkkkkkk
“Aaaahhhhhhhhhhh, tolonggggg” ku dengar itu terikan Aldi
“cari kontak listriknya, cepat” perintahku
 Kasur tersebut menjepit badan aldi seperti hotdog. Aku mencoba menariknya dengan bantuan (entah siapa). Aku menarik badan dan emncoba meregangkan jepitan dari kasur tersebut. Tapi cukup susah.
“Aaaaarrrghhh”
Karena keadaan gelap dan belum ada satupun yang berhasil menemukan sumber cahaya. Aku fokus untuk menyelamatkan aldi.
“Bruuuuuuugggg” tiba-tiba pintu tertutup dan terkunci dari luar. Ya, terkunci karena saat itu telah di cek oleh si no.8 yang kebetulan paling dekat dengan pintu. Aku gak peduli, aku tetap membantu Aldi
“Satu...dua....tiga.. yaaaaaaaaaagggh.”
Akhirnya aldi terlepas dari kasur yang menjepitnya. Aldi kesakitan di tangan kirinya yang mencoba menahan tekanan yang terjadi tadi. Yang penting sekarang sudah lepas.
“baik-baik aja kan, di?” tanya ku
“udah gak ngantuk lagi sekarang gue, brooo” jawabnya santai. Padahal dia baru saja hampir terbunuh.
“kita gak bisa keluar?” tanya entah siapa, aku tak bisa melihatnya. Karena aku, aldi dan yang lain duduk dilantai.
Aku beranjak dan mulai menyusuri dinding disekitarku, aku ingin mencari sumber cahaya yang lebih luas dibandingkan dengan lampu sneter ditanganku. Aku meninggalkan aldi yang ditemani duo kembar.
Yes, aku menemukannya. Aku membuat ruangan sekarang jadi terang. Ku lihat sekitarku, hanya ada dinding tanpa pintu. Entah, aku lupa kami semua masuk dari mana? Dan setelah kulihat lagi ternyata ada celah sedikit yang aku curigai itu adalah pintu dimana kami masuk ke ruangan ini. dibeberapa dinding ada satu lukisan abstrak yang terlihat dari perpaduan warna hijau, kuning dan sedikit hitam.
Aku sekarang berada di celah pintu mencoba mencari cara untuk keluar. Yang lain, mulai ketakutan dan hanya terdiam melihatku. Bantulah. Batinku.
Aku berusaha mendobraknya tapi tak ada perubahan sedikitpun. Oh...man.
Duuuuug......duuuug
Terdengar suara dari luar yang terasa mendobrak celah didepanku.

“Firmaaaaaaaaaan” terdengar teriakan yang memanggilku. Siapa pikirku?


Bersambung Ke Bagian 3 

Cerita Selanjutnya Bagian 3 [klik disini]

Comments

Popular posts from this blog

Tabel Periodik Unsur Kimia

LOGO FMIPA DAN UNIVERSITAS PAKUAN, BOGOR

Logo diatas merupakan logo Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Pakuan, Bogor. Logo diatas merupakan Logo sebuah universitas yang bernama Universitas Pakuan di kota Bogor.

AMPEREMETER DAN VOLTMETER

·           VOLTMETER Voltmeter DC merupakan alat ukur yang berfungsi untuk mengetahui beda potensial tegangan DC antara 2 titik pada suatu beban listrik atau rangkaian elektronika. Konsep yang digunakan dalam sebuah volt meter DC hampir sama dengan konsep pada ampere meter. Pada volt meter arus searah atau DC volt meter tahanan shunt atau shunt resistor dipasang seri dengan kumparan putar magnet permanen (permanent magnet moving coil) PMMC yang berfungsi sebagai pengali (multiplier).  Tahanan Pengali (Multiplier Resistor) Penambahan sebuah tahanan seri atau pengali (multiplier), mengubah gerakan d’arsonval menjadi sebuah voltmeter arus searah. Tahanan pengali membatasi arus kealat ukur agar tidak melebihi arus sakala penuh (Idp). Sebuah voltmeter arus searah mengukur beda potensial antara dua titik dalam sebuah rangkaian arus searah dan dengan demikian dihubungkan paralel terhadap sebuah sumber tegangan atau komponen rangkaian. Biasanya terminal-termianal alat ukur ini di