Cerita Sebelumnya di Bagian 1 [Klik disini]
“kita
dijebak” terdengar suara dari belakangku.
“kalian
dari mana?” tanya aldi entah kesiapa.
Mungkin kesemuanya.
“kenapa
kami harus jawab pertanyaan kamu, sedangkan kamu juga tak menjelaskan apapun”
jelas salah satu dari si kembar.
“oke,
kami diundang kesini untuk harta karun, 19:30. Dan kami berdua.” Aku jelaskan
“sama”
serentak mereka menjawab.
“minum
dulu, fir” aldi melemparkan minumannya kearahku.
Setelah
itu, kami saling berkenalan. Aku lupa sama sekali nama mereka. Mungkin aldi
ingat, biar nanti aku tanyakan dulu. Untuk memudahkan sebut saja mereka. Satu,
Dua, Tiga, Empat, Lima, Enam, Tujuh, Delapan. Itu yang aku lakukan saat itu.
Memberikan mereka nomor dan aku mendapatkan no.9 dan aldi no.10.
Satu-Dua
(si kembar baik-galak)
Tiga-Empat
(Sipenakut-pemain Basket)
Lima-Enam
(adi-kakak Ketua OSIS-fotographer)
Tujuh-Delapan
(Karateka-Saintis)
Sembilan-Sepuluh
(Aku-Aldi)
5
pasang yang sangat luar biasa. Kami semua bergabung saat itu. Tujuan kami sama
mencari harta karun. Bukan, berubah menjadi mencari tau kami dijebak oleh
siapa. 10 orang bodoh yang baru tersadar.
30
menit pertama, kami berusaha mencari jalan keluar. Dari mulai merusak gerbang
dan memanjatnya tapi tak ada yang berhasil. Kami menyerah dan berusaha untuk
mencari jalan lain. Tentu dengan menyusuri seluruh bangunan Rumah Sakit
tersebut.
“Jangan
kesana lah, disini aja. Kayanya lebih aman deh. Lagian disana kan gelap banget”
si Tiga mencoba meyakinkan semuanya.
“ya
elah ga usah takut. Gak bakalan ada apa-apa. Tenang ini emang bagian dari
permainannya kayanya” si Tujuh yang sangat berpikiran positif
Aku
dan Aldi hanya diam, lebih banyak memperhatikan dan fokus memegang penerangan
kami.
Ya,
kami berjalan sesuai dengan urutan. Kami berdua dibelakang. Kami memang gak
terlalu takut dengan keadaannya. Jadi biasa saja. Rumah sakit ini tampaknya
sepi. Sepi benar-benar sepi. Gedung tidak terpakai.
Kami
semua menuju lorong yang kiri kanannya hanya dinding tanpa lampu satupun.
Beberapa langkah, kami masih terus berjalan dan sampai ditengah-tengah lorong.
Tiba-tiba lampu menyala.
“Aaaaaaaaaaaaaaaaaaarrrrgggghhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh”
teriak yang aku curigain adalah si No. 3
Seraya,
kami semua terkagetkan oleh kejadian itu. Termasuk aku.
“Sorry,
tadi gue yang nyalain lampunya” si Lima sambil menunjukan kontak untuk lampu
lorong tersebut.
“ehhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh”
Si
Lima kemudian di dorong sama si Enam yang pintu yang terletak disebelah kiri
terbuka dan ternyata ada ruangan yang berisikan Kasur-kasur rumah sakit (entah
namanya apa) kosong. Awalnya aku pikir ini adalah kamar mayat. Tapi tenang, ini
bukan.
Rasa
beraniku berkurang, aldi pun kurasa demikian.
“ayo
kita masuk. kita cari tau didalam ada apa” Ajakku yang sebenarnya mulai merasa
tidak nyaman kalau tetap diluar ruangan.
Seperti
yang ku bilang, ini semuanya hanya kasur dan kasur.
Kami
bersepuluh masuk ke ruangan tersebut.
“Di,
lu kenapa?” aku melihatnya sangat lemas sekali
“ngatuk
nih” jawabnya
“gue
tidur dulu disini enak kayanya” aldi berbaring di salah satu kasur.
Praaaakkkkkkk
“Aaaahhhhhhhhhhh,
tolonggggg” ku dengar itu terikan Aldi
“cari
kontak listriknya, cepat” perintahku
Kasur tersebut menjepit badan aldi seperti
hotdog. Aku mencoba menariknya dengan bantuan (entah siapa). Aku menarik badan
dan emncoba meregangkan jepitan dari kasur tersebut. Tapi cukup susah.
“Aaaaarrrghhh”
Karena
keadaan gelap dan belum ada satupun yang berhasil menemukan sumber cahaya. Aku
fokus untuk menyelamatkan aldi.
“Bruuuuuuugggg”
tiba-tiba pintu tertutup dan terkunci dari luar. Ya, terkunci karena saat itu
telah di cek oleh si no.8 yang kebetulan paling dekat dengan pintu. Aku gak
peduli, aku tetap membantu Aldi
“Satu...dua....tiga..
yaaaaaaaaaagggh.”
Akhirnya
aldi terlepas dari kasur yang menjepitnya. Aldi kesakitan di tangan kirinya
yang mencoba menahan tekanan yang terjadi tadi. Yang penting sekarang sudah
lepas.
“baik-baik
aja kan, di?” tanya ku
“udah
gak ngantuk lagi sekarang gue, brooo” jawabnya santai. Padahal dia baru saja
hampir terbunuh.
“kita
gak bisa keluar?” tanya entah siapa, aku tak bisa melihatnya. Karena aku, aldi
dan yang lain duduk dilantai.
Aku
beranjak dan mulai menyusuri dinding disekitarku, aku ingin mencari sumber
cahaya yang lebih luas dibandingkan dengan lampu sneter ditanganku. Aku meninggalkan
aldi yang ditemani duo kembar.
Yes,
aku menemukannya. Aku membuat ruangan sekarang jadi terang. Ku lihat sekitarku,
hanya ada dinding tanpa pintu. Entah, aku lupa kami semua masuk dari mana? Dan setelah
kulihat lagi ternyata ada celah sedikit yang aku curigai itu adalah pintu
dimana kami masuk ke ruangan ini. dibeberapa dinding ada satu lukisan abstrak
yang terlihat dari perpaduan warna hijau, kuning dan sedikit hitam.
Aku
sekarang berada di celah pintu mencoba mencari cara untuk keluar. Yang lain,
mulai ketakutan dan hanya terdiam melihatku. Bantulah. Batinku.
Aku
berusaha mendobraknya tapi tak ada perubahan sedikitpun. Oh...man.
Duuuuug......duuuug
Terdengar
suara dari luar yang terasa mendobrak celah didepanku.
“Firmaaaaaaaaaan”
terdengar teriakan yang memanggilku. Siapa pikirku?
Comments
Post a Comment