Cerita Sebelumnya di Bagian 2 [Klik disini]
Aku
melirik ke yang lain, mereka tampak bingung. Aku berpikiran untuk menghitung
jumlah kami, mungkin saja, ada dari kami bersepuluh yang tertinggal di luar
sana.
“tu,wa,ga,pat,ma,nem,juh,pan,lan,luh”
lengkap. Lalu siapa yang memanggilku di luar sana. Aku bahkan tak bisa
mengenali suaranya.
Celah
terbuka dan betapa kagetnya aku, melihat seseorang yang ada didepanku sekarang.
“Faaaaaaaaaaaaaaaaaaaaak”
aku menghardik. Maaf kurang sopan.
“Fir,
buruan cabut, kita gak akan aman disini” ajak seseorang didepanku yang ternyata
Aldi.
Aku
melirik ke belakang, ke tempat aldi dan duo kembar berada. Ternyata, Aldi gak
ada. Aldi yang lain, yang ada didepanku sedikit tegang dan tetap menapakan
kakinya dilantai-lantai. Jika melayang, mungkin itu bukan aldi. Lalu, siapakah
aldi yang terjepit kasur itu? Horor kah ini. ada daya imajinasiku saja yang
terlalu tinggi.
“wait.
lu siapa?” tanya si enam
“gue
Aldi, bro. Tadi gue ketinggalan soalnya ketoilet dulu. Tapi ternyata kaga ada
yang nungguin” jelas aldi.
Ya,
seingatku memang aldi agak lama masuk keruangan sampai aku bertanya tentang ia
yang tampak lemas. Mungkin benar, ia ke toilet dulu.
“ayo,
kita harus cepat keluar dari ruangan ini. ayoooooo” ajak aldi
Tanpa
pikir panjang, kami semua keluar ruangan dan
“Bruuuuuuuuuk”
lukisan yang ada diruangan jatuh dan menambah tegang perasaan kami bersepuluh.
Kami
berlari meninggalkan ruangan tersebut dan mencari tempat yang lebih aman. Kami berlari,
aldi memimpin kami semua, kiri kanan kiri kanan. Entah mau kemana aldi mau
membawa kami. Yang jelas kami hanya berada di lorong-lorong saja. Ditambah lagi,
lampu-lampu dilorong tersebut berkedip tanpa henti.
“oke
kita sampe. Tutup pintunya. Hossssshhhh hoshhhh” jelas aldi.
“kita
dimana?”
“Ya,
kita dimana?”
“kataku
juga mending kita tidak usah datang”
“tenang
ini, mungkin permainan”
“sumpah,
merinding gue”
“kita
dimana, di?” tanyaku
“Sepertinya
kita di lobi utama, entahlah. Tadi gue dari sini sempet kesasar juga. Dan satu-satunya
jalan masuk sini ada di belakang kita semua, jadi gue kira kita pasti aman
disini. Untuk sementara mungkin”
“lu, ngapain heh?” tanya si kembar no.2
“rekam
kejadian ini” terlihat si no.6 mengeluarkan kameranya dan merekam ruangan
tersebut.
“ya,
kakakku memang senang mereka, memotret
semua hal. Gapapa yah teman-teman”
“jangan,
nanti kerekam yang aneh-aneh loh. takuuuut” si no.3 menambahkan
“jangan
aneh-aneh deh lah lu pada. Udah muak gue sama hal aneh ini” tambah lagi si
kembar no.2
“nikmati
aja dulu bro.. gue tau ini pasti bagian dari permainan” si tujuh yang santai.
Ya,
si tujuh emang dari awal sepertinya yang paling menikmati ini. dan masih beranggapan
ini permainan. Tapi dia tak berpikir kalau ini sudah menjadi hal yang begitu
aneh.
“bro,
Aldi yang tadi terjepit itu pakai celana warna apa yah?” tanyaku penasaran ke
si kembar no.1
“ku
lihat hitam”
Oke.
Dari awal aku berangkat, aldi menggunakan celana pendek berwarna krem. Tadi hitam.
Jadi.
Aaaaahhh
Aku
cerita apa yang terjadi diruangan kepada aldi, dimana kita semua bertemu aldi,
entah aldi yang mana. Aku sudah bingung harus menerima kenyataan yang sangat
aneh ini.
Ruangan
itu tampak sangat luas tapi tanpa ada barang disekitarnya. Terang dibandingkan
dengan ruangan sebelumnya.
Kami
sempat berdebat tentang kejadian yang baru saja terjadi. Sempat si no.2 akan
adu jotos dengan si karateka no.7. karena kesalahpahaman. Tapi aku pisahkan sehingga
tidak sampai terjadi.
“jam
berapa sekarang?” tanyaku
“Jam
11 kurang 5 menit” jawab si kembar no.2
“kita
Istirahat dulu saja. Cepat juga waktu berlalu. Gak usah pakai ribut-ribut”
...............................................................................................................
“apa
tuh?” tanya si fotographer no. 6
Terlihat
kain putih melayang dari atap sebelah kanan posisi kami dan tiba-tiba lampu
diruangan itu mati. Kain putihnya melayang ke arah kami. Beberapa dari kami
pergi menjauhinya, tapi tidak untuk si karakteka. Ia memilih untuk mengambil
kain tersebut.
“Cuma
kain” katanya yang sangat santai
Daarrrrr...daarrrrrr.....
Terdengar tembakan dari arah yang sama dimana kain itu berasal. Entahlah, apa seperti itu suaranya, aku tak bisa menuangkanya dalam kata-kata. Daaarrrrr....daaarrr
Bersambung Ke Bagian 4
Comments
Post a Comment