"Alik, lu dimana? Baca grup "Kimia Abal-abal" sekarang juga, lagi diomongin tuh"
Entah nomor siapa yang WhatsApp ke gue saat itu, nomor yang gak dikenal. Tapi waktu gue liat foto profilnya "kayanya gue kenal deh"
2 minggu sebelumnya,
Ketika konfirmasi virus itu mulai muncul di Negeri ini, Keadaan semakin gak kondusif, virus covid-19 mulai menyebar dan membuat korban dimana-mana.
Masker langka, hand sanitizer juga harganya melonjak.
Hari itu gue masih kerja, sedangkan yang lain udah mulai "kerja dari rumah" atas dasar kebijakan pemerintah. Udah males sebenernya kerja di kantor, sedikit batuk atau bersin aja dibecandain corona-corona terus, gue sedih aja denger becandaan begitu, gue memilih diem karena kasian ke orang yang udah kena virus dan tenaga kesehatan yang berjuang buat keadaan kaya gini.
Handphone gue berdering, nomornya gak dikenal, jadi malas ngangkatnya. Setelah beberapa kali berdering akhirnya gue angkat juga.
"Hallo, Assalamualaikum, apa benar ini Alika?"
"Iya betul, kenapa? Eh dengan siapa yah ini?"
Jawabku penasaran.
"Ini Anisa, rekan kerjanya Putri Nurhaliza yang kerjanya di Bandara"
Sejenak gue mikir dulu, siapa yah Putri? Temen SD? SMP? SMA atau Kuliah? Tapi gue tetep gak inget, itu siapa.
"Putri Nurhaliza Kimia, Alumni kimia itu loh" tambah anisa
"Oh iya, iya. Inget gue. Ada apa yah nis?"
"Ina tadi bilang, lu kerja di Laboratorium yah. Di Bandara lagi butuh Hand sanitizer buat karyawan disini, karena stok dan harga diluaran mahal, jadi gak sempet buat beli, bisa minta tolong dibuatin gak?"
"Buat? Sendiri? Bisa sih. Gue pernah tau juga caranya. Tapi bahan bakunya gimana? Kebetulan di kantor juga mau bikin sendiri nih." Tanya gue.
"Gampang, lu kirim aja list apa aja yang dibutuhin. Nanti keperluannya berapa juga, biar gue orderin buat pembuatannya nanti. Gue butuh 10 Liter Hand sanitizer"
"Oke gampang, nanti gue bantuin sebisa gue" jawab gue santai
Esok harinya, gue udah ikutan "dirumahkan" jadi tahanan kota. Demi kebaikan dan kesehatan.
Di rumah, gue udah siap alat dan bahan kimia kiriman dari anisa.
10 liter Ethanol 96%
200 mL Gliserol 98%
500 mL Hidrogen Peroksida 3%
1,5 liter Aquadest
Gelas kimia 1 liter
Gelas ukur 1 liter
Gelas ukur 100 ml
Penampung plastik 2 liter
Batang pengaduk
"Bikin laboratorium sendiri bisa nih" pikir dalam hati.
Gue dengan modal ilmu kimia seadanya dan standar pembuatan hand sanitizer yang dibuat kemenkes dan WHO, akhirnya gue buat se-steril mungkin, depan rumah. Jaga-jaga keselamatan kerja aja.
10 liter hand sanitizer siap gue kirim ke anisa buat keperluannya di Bandara, tapi yang bikin gue penasaran yah, gue keingetan sama Putri.
Putri pernah gue taksir dan ampe sekarang masih gue suka, cuma sayangnya dia kaya takut sama gue. Padahal kan gue bukan setan. Kalo setan mirip gue, kan beda ceritanya.
Gue pengen banget ketika gue mencoba ngenal dia, dia juga belajar mengenal gue. Kan kalo udah kenal nantinya bisa belajar mencintai gue (eaaaaaaa)
Apa gue telpon aja yah putri, speak mau ngasih tau ke anisa aja. Wkwkwkwkwk
Tut tut tut tut.
Gak diangkat-angkat dong.
Yaudah lah yah. Bukan jodoh kali.
Setelah pesanan hand sanitizer gue kirim.
"Lika, tadi gue update di status WhatsApp, ternyata banyak yang pengen hand sanitizernya. Yang dari lu, kemaren gue udah botolin yang kecil sama dikasih label buat memperindah aja. Eh sekarang temen2 pada pengen, gimana yah?"
Isi WA anisa ke gue.
"Lu niat ngejual emang? Gue mah mau bantu aja sih, kan bikin doang. Lagian gue kerja di rumah juga sekarang"
"Niat jual mah enggak sih. Cuma temen2 gue bilang, kalo udah susah nyari hand sanitizer, ada juga keperluan keluarganya yang di rumah sakit, katanya mau dibikinin aja, nanti di beli deh. Gimana menurut lu, lik?"
"Modalin aja, gue saran sih nanti gak perlu diambil untung, kalo mau ngambil untung pun, nantinya lu beli bahan lagi dari uang keuntunganya, buat dibagiin ke orang-orang yang butuh" saran gue ke anisa.
"Yap, itung-itung bantu temen juga. Yang penting balik modal aja yah" tambah anisa
"Tapi nis, gue minta tolong gak?"
"Apaan, lik?"
"Putri pernah cerita tentang gue gak?" Tanya gue penasaran
"Kalo ke gue sih engga pernah, lik. Mungkin ke yang lain" jelas anisa.
"Nanti gue nitip salam buat putri yah"
"Oke sip. Thanks bantuannya, nanti gue sampein ke putri"
Setelah pembuatan hand sanitizer tahap 2, gue sempet posting di Instagram story tentang hand sanitizer itu, dengan niat yah bersyukur bisa bantu temen-temen.
Gak lama setelah itu.
"Alika, lu dimana? Baca grup "Kimia Abal-abal" sekarang juga, lu lagi diomongin tuh"
Entah nomor siapa yang WhatsApp ke gue saat itu, nomor yang gak dikenal. Tapi waktu gue liat foto profilnya "kayanya gue kenal deh"
Ternyata nomor Putri, nomor baru kayanya deh.
Seneng karena putri WA duluan, tapi penasaran juga diomongin apa di grup.
"Iya put. Apakabar? Diomongin apa emang? Tumben amat" tanya gue.
"Baik. Diomongin tentang hand sanitizer"
"Hahahaha. Ada2 aja, nanti coba gue baca deh"
Putri gak bales lagi setelah itu.
Readzone area.
Gue baca grup yang emang udah rame. Anjir emang gue lagi diomongin, gegara tuduhan menjual hand sanitizer. Banyak pertanyaan tentang "standarnya gimana? Didaftarin ke BPOM gak? Perlu uji mikrobiologi dulu sebelumnya? Memanfaatkan keadaan? Perlu uji laboratorium dulu (ICP atau AAS) terkait logamnya. Aman ga?"
Yang bikin males sih ada yang mention.
"Itu tuh si Alika juga jualan hand sanitizer"
Wadaw.
Setau gue yang jualan, ada juga anak grup, dan bukan gue. Lagian gue kan gak jualan, cuma bantu. Terus instansi kampus atau perorangan yang inisiatif bikin dan dikasih atau dijual ke masyarakat itu gak ditanya tentang blabla yang tadi ada di grup. Kenapa jadi gue yang di judge secara sepihak.
"Halo, Alika"
"Iya nis, kenapa?"
"Aduh gue gak enak sama lu, tadi putri cerita soalnya tentang tuduhan ke lu di grup alumni lu"
"Selow selow, mereka perlu silaturahmi ke gue itu . Biarlah nuduh-nuduh. Biar ditutup sama niat baik aja"
"Beneran gapapa?"
"Santai nis, santuy"
"Sekali lagi minta maaf yah"
"Oke siap, santai. Lanjutin aja niat baik kita, insya Allah balesannya lebih baik dari nyinyiran mereka"
Gue mengurungkan diri untuk berdebat dengan kawan-kawan seperjuangan dulu, gue tau sih kekesalannya dimana. Jadi gue gak perlu membela diri karena emang gue bukan atlet pencak silat.
Mereka kesel karena gue memanfaatkan keadaan dan nyari duit dari kesusahan orang lain. Kenyataannya? Gue cuma niat bantu. Dapet uang? Engga sama sekali.
Mereka lebih menghargai kalo hand sanitizer dipake secara pribadi dan tidak diperjualbelikan. Ya, gue paham untuk tidak diperjualkan, tapi karena teman anisa yang banyak dan keuangan gue yang tidak seberapa, belum mampu membeli bahan kimia yang ada. Jadi anisa yang punya modal. Gue bantu tenaga aja.
Kalo keuangan gue berlebih, bisa aja langsung bikin dan dibagi gratis ke orang-orang.
Biarlah grup rame, biasanya sepi soalnya. Rame cuma pas ada yang nikahan aja.
Mending gue mikir cara putri mau sama gue.
Gue coba telpon lagi deh.
"Halo, Put"
"Iya, kenapa alik?"
"Apakabar put?"
"Baik, ada apa yah?"
"Gapapa sih. Mau nelpon aja. Jangan cuek gitu dong"
"Engga kok."
"Put, mau nanya boleh? Gue itu api bukan buat lu? Atau duri?"
"Loh kok nanya gitu? Kenapa emang?" Tanya balik dari putri.
"Gue ngerasa kaya api yang membakar hati lu, bikin lu marah kalo deket gue, atau bahkan duri yang melukai hati lu"
"Engga ko lik. Ga kaya gitu. Santai aja."
"Yaudah kalo begitu, izinkan gue jadi virus aja deh?" Tanya gue terakhir
"Lah kenapa jadi virus, virus corona maksudnya?"
"Bukan, put. Virus. Virus yang melumpuhkanmu"
Cerita terinspirasi dari lagu yang berjudul "Virus" dari Slank.
Cerita Dari Sebuah Lagu
By Lukmanajiz
Comments
Post a Comment