Pengertian Analisa Kuantitatif
Analisa Kuantitatif adalah analisa
yang berkaitan dengan berapa banyak suatu zat tertentu
yang terkandung dalam suatu sample.
Zat yang ditetapkan tersebut yang sering
kali dinyatakan sebagai konstituen atau analit,
menyusun entah sebagian kecil atau besar
sample yang dianalisis (Underwood, 1999).
Analisis kuantitatif adalah analisis kimia yang khusus mempelajari atau
menyelidiki jumlah atom, ion, atau molekul penyusun suatu persenyawaan.
Biasanya analisis kuantitatif sering disebut juga analisis jumlah (Zulkarnaen,
1991).
Analisa kuantitatif merupakan pemisahan suatu materi menjadi partikel-partikel. Fungsinya yaitu untuk menetapkan berapa banyak unsur atau zat
yang ada dalam senyawa campuran. Jika zat
yang dianalisa tersebu tmenyusun lebih dari sekitar
1% dari sampel maka analisis ini dianggap konstituen utama zat itu. Hal itu dapat dikatakan konstituen minor
suatu zat jumlah berkisar
0,01% sampai 1% dari sampel terakhir, serta apabila dikatakan konstituen
trace jika suatu zat ada
yang kurang dari 0,01% (Irfan, 2000 ).
Titrasi
Titrasi asam – basa adalah
titrasi dimana reaksi antara titrat dan titrannya merupakan reaksi asam –
basa. Alkalimetri adalah penetapan kadar secara kuantitatif terhadap senyawa
yang bersifat asam dengan menggunakan standar senyawa basa.
Reaksi antara senyawa asam
dan basa pada dasarnya adalah reaksi netralisasi, yaitu reaksi antara donor
proton (asam) dengan resipien/aseptor proton (basa). Jika asam dan salah satu
lemah maka garam akan terhidrolisa dan larutan sedikit asam/basa.
Asidi-alkalimetri
merupakan salah satu metode kimia analisa kuantitatif yang didasarkan pada
prinsip titrasi asam-basa. Asidi-alkalimetri berfungsi untuk menentukan kadar
asam-basa dalam suatu larutan secara analisa volumetri. Titik akhir dari
titrasi ini mudah dilihat dengan penambahan indikator yang sesuai. Percobaan
ini dilakukan untuk menentukan kadar asam Cuka (CH3COOH) dengan titrasi
Asidi-Alkalimetri. Sampai pH asam cuka berubah menjadi larutan basa, untuk
ditentukan kadarnya.
Salah satu dari empat
golongan utama dalam penggolongan analisis titrimetri adalah reaksi penetralan
atau asidimetri dan alkalimetri. Asidi dan alkalimetri ini melibatkan titrasi
basa yang terbentuk karena hidrolisis garam yang berasal dari asam lemah (basa
bebas) dengan suatu asam standar (asidimetri), dan titrasi asam yang terbentuk
dari hidrolisis garam yang berasal dari basa lemah (asam bebas) dengan suatu
basa standar (alkalimetri). Bersenyawanya ion hidrogen dan ion hidroksida untuk
membentuk air merupakan akibat reaksi-reaksi tersebut (Basset, J, 1994).
Larutan Standar
Larutan yang mengandung
reagensia dengan bobot yang diketahui dalam suatu volume tertentu dalam suatu
larutan disebut larutan standar. Sedangkan larutan standar primer adalah suatu
larutan yang konsentrasinya dapat langsung ditentukan dari berat bahan sangat
murni yang dilarutkan dan volume yang terjadi. Suatu zat standar primer harus
memenuhi syarat seperti dibawah ini:
1.Zat harus mudah
diperoleh, mudah dimurnikan, mudah dikeringkan (sebaiknya pada suhu 110-120oC).
2.Zat harus mempunyai
ekuivalen yang tinggi, sehingga sesatan penimbangan dapat diabaikan.
3.Zat harus mudah larut pada kondisi-kondisi dalam mana ia digunakan.
4.Zat harus dapat diuji
terhadap zat-zat pengotor dengan uji-uji kualitatif atau uji-uji lain yang
kepekaannya diketahui (jumlah total zat-zat pengotor, umumnya tak boleh
melebihi 0,01-0,02 %).
5.Reaksi dengan larutan
standar itu harus stoikiometrik dan praktis sekejap.
Sesatan titrasi harus dapat diabaikan, atau mudah ditetapkan dengan
cermat dengan eksperimen.
6.Zat harus tak berubah
dalam udara selama penimbangan, kondisi-kondisi ini mengisyaratkan bahwa zat tak
boleh higroskopik, tak pula dioksidasi oleh udara, atau dipengaruhi oleh
karbondioksida.Standar ini harus dijaga agar komposisinya tak berubah selama
penyimpanan.
Pengaruh larutan standar pada titrasi
Natrium karbonat Na2CO3, kalium hydrogen iodat
KH(IO3)2, asam klorida bertitik didih konstan merupakan zat-zat yang biasa
digunakan sebagai standar primer. Sedangkan standar sekunder adalah suatu zat
yang dapat digunakan untuk standarisasi yang kandungan zat aktifnya telah
ditemukan dengan perbandingan terhadap suatu standar primer (Basset, J, 1994).
Proses penambahan larutan standar sampai reaksi tepat lengkap, disebut
titrasi. Titik (saat) mana reaksi itu tepat lengkap, disebut titik ekuivalen
(setara) atau titik akhir teoritis. Lengkapnya titrasi, lazimnya harus
terdeteksi oleh suatu perubahan,yang tak dapat di salah lihat oleh mata, yang
dihasilkan oleh larutan standar (biasanya ditambahkan dari dalam sebuah buret)
itu sendiri, atau lebih lazim lagi, oleh penambahan suatu reagensia pembantu
yang dikenal sebagai indikator (Basset, J, 1994).
Indikator Dalam proses titrasi
Selama proses titrasi asam – basa, pH larutan terus menerus berubah dengan
aturan yang khas. pH tersebut akan berubah secara drastis pada saat volume titran
mendekati titik ekivalen.
Karakteristik dari kurva ini sangat penting, karena menentukan pemilihan
indicator yang sesuai (paling mendekati titik ekivalen) untuk meminimalkan
kesalahan titrasi. Indicator adalah zat yang berubah warnanya atau membentuk
fluorescent pada suatu trayek pH tertentu. Perubahan ini terjadi karena karena
adanya perubahan struktrur dari indicator tersebut.
Pada titrasi alkalimetri, terlihat bahwa pH naik perlahan terhadap penambahan
NaOH. Pada saat mendekati titik ekivalen, pH menaik secara drastis. Berdasarkan hal tersebut,
maka indikator yang sesuai adalah phenol phtalein yang bekerja pada trayek pH
8,3 -10. Phenol phtalein merupakan bentuk asam lemah yang lain. Asam lemah
tidak berwarna dan ion-nya berwarna merah muda terang. Penambahan ion hidrogen
berlebih menggeser posisi kesetimbangan ke arah kiri, dan mengubah indikator
menjadi tak berwarna. Penambahan ion hidroksida menghilangkan ion hidrogen dari
kesetimbangan yang mengarah ke kanan untuk menggantikannya - mengubah indikator
menjadi ungu. Selain dengan menggunakan indikator, titik ekivalen dapat dicari dengan
bantuan pH meter. Kurva titrasi diperoleh
dengan memplotkan data jumlah titran yang ditambahkan versus pH larutan. Titik
ekivalen jelas terlihat dengan menggunakan perhitungan turunan kedua, dimana
titik ekivalen merupakan perpotongan antara garis mendatar (volume titran).