Skip to main content

Penyedap Rasa : Bekerja Bersama Ayah #1

"Apa kabar?
Kau sudah bekerja sekarang?
Dimana?"

deretan pertanyaan itu muncul saatku memposting gambar "aku sedang berdiri dengan pakaian rapih (anggap saja rapih menurutku adalah kemeja yang dimasukkan diantara celana panjang bahan berwarna abu-abu)" dengan caption "Hari pertama".

Heran juga sebenarnya, mengapa pertanyaan itu muncul. Padahal bisa saja kan - Aku sedang menunjukan bahwa aku "Baru (Hari) pertama menggunakan Style Seperti di gambar. mengapa mereka bertanya apakah aku bekerja. Ya, mungkin karena semenjak aku lulus tahun lalu, aku belum pernah merasakan bekerja, dibandingkan dengan teman-temanku yang lain. 

Oh iya, kita belum berkenalan. Namaku IRAHA, lengkapnya Derma Irahatriatno. 

namaku memang terdengar Aneh, apalagi yang bisa mengerti Bahasa Sunda. 

kembali lagi ke postingan gambarku, memang benar. ini hari pertamaku bekerja. seperti yang (mereka) curigai. meskipun aku sebenarnya tidak mau bekerja di tempat (yang sekarang aku bekerja).

Alasannya Simple, Aku tidak mau merepotkan orang yang ada disekitarku.

Hari pertama kerja ternyata membosankan. Training, sosialisasi, dan baca-baca peraturan yang sebenarnya "Gak dibaca" cuma di bolak-balik dan (pura-pura) dibaca ketika ada atasan yang sedang mengawasi.

Mungkin itu pula yang kalian rasakan saat hari pertama bekerja. 

Aku lahir di Bandung, 22 Tahun yang lalu. Lulusan Sarjana Kimia, Di salah satu Universitas Negeri di Kota Besar Di Indonesia (Banyak yah kota besar). Aku sekarang bekerja di Bogor. Nyasar di Bogor. Kota yang Hujannya gak Seloooow, yang petirnya gak santaaaaiii..

Aku bekerja di sebuah Laboratorium dalam sebuah perusahaan. Ini memang keinginanku semenjak lama. Lulus kuliah dengan IPK pas-pasan dan bisa merasakan bekerja di Laboratorium. Tapi sayangnya, Aku bekerja ditempat yang tidak tepat. 

Kenapa tidak tepat?, nanti ku ceritakan.

Aku tidak pintar dan juga tidak (tidak) pintar. Ingat, Tak ada manusia yang Bodoh, yang ada hanya manusia yang tidak (mau) menggunakan waktunya untuk berpikir lebih keras dengan karunia otak yang Tuhan berikan.

Anggap saja, Aku rata-rata. Rata-rata gak ngerti suatu materi pelajaran dengan cepat. Rata-rata gak terbiasa untuk membaca buku lebih lama. Rata-rata gak mau nanya karena malu.

Ya, Rata-rata.

Hal ini pula, mungkin yang membuatku tidak kunjung dapat Pekerjaan sesuai dengan bidang yang ku jalani saat kuliah.

Setelah Satu Tahun, akhirnya aku bekerja di (sebut saja) PT. A.

PT. Alfabet Labs, sebuah perusahaan Farmasi di Bogor. Anggap saja seperti itu namanya.

Aku awalnya setengah hati bekerja disini. karena satu hal yang sebenarnya memalukan bagi seorang pria sepertiku. yaitu aku dipaksa dan dibantu oleh Ayahku sendiri untuk bisa bekerja disini.

ini semacam Nepotisme, Right? 

Malu? iya.

Jika Teman-ku mengetahuinya, Aku akan (habis) di-Permalukan.

Tapi, Hal ini terjadi memang karena diriku sendiri. Salahku di Masa Lalu.

Satu Tahun yang Lalu, Aku berkata kepada Ayah, Jika dalam 1 Tahun kedepan, aku belum bisa mendapat kerja dengan usahaku sendiri, Ayah boleh bantu aku dengan cara apapun.

Aku Lulus Mei 2015, dan di April 2016 Aku belum juga mendapatkan kerja (dengan usahaku sendiri). Dari situlah, Ayahku mulai menjengukku setiap bulan. Oh iya, Aku anak Kosan.

Aku ngekos Di Bogor juga. 

Dari jengukkan itu (seperti orang sakit saja). Kunjungan mungkin lebih tepat. selalu dan selalu menanyakan, "sudah dapat kerja?". Aku selalu jawab, "Belum yah, Sabar, nanti juga dapat"

ayahku selalu mengeluarkan kata-kata penggodanya, yaitu "Sudah lah, sudah mau satu tahun, biar ayah bantu, dan ayah bakalan usahakan segalanya agar kamu bisa bekerja".

Karena prinsipku adalah Tidak mau merepotkan orang lain. Aku tetap menolaknya. Menolak karena pikir aku masih mampu.

Mei 2016, tinggal beberapa hari lagi. Beberapa Proses rekruitment sudah aku lalui, Tapi ternyata banyak hal yang belum bisa aku dapatkan. Aku selalu terbentur dengan Pengalaman kerja dan kemampuan di bidang kimia yang sekedar (cukup) dibandingkan kandidat yang lain. Apes atau usahaku yang belum maksimal? Aku lebih memilih yang kedua. Iya, keduanya. 

Di Akhir April itu pula, ayahku menelpon dan bilang, "Raha, Nanti kamu buka email dari ayah. coba kamu Apply CV-mu ke situ."

Aaaaarrrrgh, Mendengarnya pun aku sudah lemas, Akhirnya aku Kalah juga dalam (permainan) hidup ini. 

"oke, yah" Aku tutup dengan malasnya. Malas sekali membuka email, biar besok saja.

Keesokkan harinya aku ada proses panggilan kerja, tahap akhir di Banten bagian utara. Pikirku, mungkin ini pekerjaan yang akan aku dapatkan. Tidak pekerjaan yang di (Kasih) oleh Ayahku.

Setelah, aku pulang dari Banten tersebut, di akhir wawancara, disebutkan proses paling cepat adalah sebulan kedepan. Damn, Bagaimana aku menolak, tawaran (bantuan) dari ayahku, selama proses ini ku tunggu.

Mau, tak mau. aku membuka email dan menghubungi ayahku.

"Aku sudah berusaha, dan aku akan mencoba mengirim CV-ku ke email yang ayah beri. Tapi dengan beberapa syarat. Ayah tidak boleh bilang kalau aku anak ayah ke HRD yang mengatur rekrutmen, dan jangan mempengaruhi apapun. Jangan pula bilang email-ku. aku ingin berusaha dulu, jika aku dipanggil, aku akan datang. dan ikuti peraturan yang ada"

"Oke.......Selamat berjuang,  tapi akhirnyaaaaaa yah....kamu sih segala nolak-nolak bantuan ayah... hahahhahahahaha"

Memang licik ayahku ini. selalu menertawakan hidupku. tapi yang aku kagum, beliau tidak merendahkan dan membebaskan ku mau jadi seperti yang aku mau. Tidak memaksakan untuk jadi seperti Dia atau jadi seperti Maunya.

Akhirnya, aku kirim email ke alamat yang telah dikirim. siang itu.

tak lama dari email terkirim, tiba-tiba HP ku berbunyi, sepertinya Telpon dari Kantor, entah kantor mana.

"Dengan saudara, Derma Irahatriatno? ada panggilan besok pukul 10.00 di PT. Alfabet Labs, nanti bertemu dengan pak Sunny"

Lah, Ini adalah Panggilan kerja tercepat yang pernah aku dapatkan. bahkan tidak sampai 5 menit setelah Pesan dalam emailku terkirim.

Prosesnya cepat sekali, Satu hari psikotest beserta wawancara dengan pak sunny, 2 hari kemudian wawancara dengan pihak Laboratoriumnya.

Pak sunny menawariku posisi Staff, dan aku menolaknya. Aku pikir aku kurang berpengalaman.   
Jadi aku lebih memilih jadi Analis saja, biar mencari pengalaman dan meniti karir dari bawah. meskipun harus merelakan Ijazahku tak terpakai untuk posisi itu.

Di terima Syukur, gak di terimapun, gak apa-apa. 

Di hari yang sama saat aku ikut wawancara pertama,  aku bertemu ayahku, tapi tidak di lingkungan perusahaan. Aku mengajaknya bertemu di luar lingkungan itu, karena aku tidak enak, jika terlihat oleh para pekerja lain. 

"Bagaimana, test mu? lancar? tadi pak sunny nanya apa aja?"

"pertanyaan standar yah, pak sunny lama saat bertanya tentang keluarga, mungkin karena ada nama ayah disitu dan menanyakan apa benar aku merupakan anak dari pak Rei Indratriatno. saat pak sunny menanyakan tentang nama ayah, aku bilang saja, mungkin kebetulan sama. meskipun awalnya gak percaya. mungkin tampangku gak mirip juga."

"Hahahahhahahahahahaha" ayah tertawa melihatku dengan tajam.

"Aku minta jadi Analis saja ke pak sunny"

"lohhh, kok gitu, Ha?, kan memang lowongan yang kosong buat Staff bukan Analis, Jangan Bilang ini cara kamu biar gak bekerja disini."

Aku akhirnya menjelaskan tujuanku mencari pengalaman kerja. bukan untuk yang lain.

"Aku tidak ingin, semua pekerja di perusahaan itu tau tentang Hubunganku dengan Ayah. Jadi Ayah Harus mengerti. Bukannya aku mau durhaka. Ayah tetap ayahku, jika aku bekerja disana, aku jadi aku."

"Oke.....I am fine..."

Singkat cerita, setelah 2 minggu aku diterima di PT. Alfabet Labs, sebagai Analis dan dikontrak selama 6 Bulan. Meskipun penawarannya 1 Tahun, tapi aku menolaknya. Karena perasaanku yang tak enak oleh bantuan ini. Aku pikir ini pekerjaan karena Kasihan. Belas Kasihan.


Hari pertama, lewati begitu saja dengan membosankan. ayahku selalu menelponku setiap pulang kerja, menanyakan perkembanganku. padahal ini baru hari pertama. Dia sepertinya bahagia sekali akhirnya anaknya bisa bekerja dan di tempat yang sama pula. 

Hari selanjutnya, makan siang, di kantin. di perusahaan ini memang disediakan makan siang untuk semua pekerja. termasuk pekerja baru, seperti aku. aku telat ke kanti karena pekerjaanku banyak dan tidak bisa ditinggalkan. sesampainya dikantin, sangat ramai sekali. ini terjadi karena kantin yang tak cukup luas dan pekerja yang membludak atau karena makanannya enak?. 

Dari kejauhan aku melihat ayahku duduk sendiri. heran, mengapa para pekerja tidak ada yang duduk  
didepan dan sampingnya padahal kosong. yang lain lebih memilih menunggu yang makan selesai. Aku menundukkan kepala saat melewati ayahku, aku tak ingin ada yang tau. Aku mengambil nasi dan lauk yang telah disediakan, mencari tempat duduk tapi tak kunjung dapat. Sampai akhirnya ayahku melirik dan memberikan kode untuk duduk didepannya. 

Aku tak mau. Tapi, aku sudah terlanjur lapar dan pegal sekali. 

Dengan langkah yang agak malas, aku menghampiri tempat duduk kosong depan ayahku. Seraya pekerja di kantin itu pun melihat dengan heran kepadaku. 

"Pak, boleh saya duduk disini?" tanyaku ke ayahku seakan meminta izin dengan sangat sopan, padahal jika saja dirumah, aku tidak pernah seperti itu. ayah sudah paham sekali.

Tatapan-tatapan heran para pekerja (termasuk teman-teman baruku di Laboratorium) menajam ke setiap gerakanku, aku tidak sama sekali berbicara, aku hanya menikmati ayam goreng dengan tambahan soup yang aku taruh didepanku. 

Yang aku takutkan adalah pertanyaan-pertanyaan yang akan muncul setelah aku makan. Jawaban "bohong" apa yang harus aku karang untuk memuaskan pertanyaan penasaran mereka.

Setealah Ayahku beranjak dari tempat duduknya dan keluar dari kantin. Aku yang masih menikmati hidangan ini, mendengar bisikan-bisikan keras beberapa orang disamping kanan dan kiriku.

"Anak baru udah berani duduk di depan pak Rei"

"Aduuuh, gue aja mati gaya kalo duduk ddi sebrang pak Rei, nah ini bocah malah di depannya. gokil banget yah."

"bagian apa sih itu anak?"

"Anak Lab broo"

"kok Sotoy yah" 

Aduuuuh, Kacau nih. aku melakukan hal yang salah dan mencurigakan, yang aku takuti adalah identitasku yang terbongkar. 

Aku tidak bisa cuek begitu saja. Aku perlu sekali kepedulian. dan benarlah teman-teman baruku yang ada di Lab bertanya.

"raha, lu kenal pak rei?, tadi katanya lu duduk depan pak rei?

..................................................................................................................................................................



Ceritaku, masih berlanjut. Tunggu jawabanku atas pertanyaan di atas, dan bagaimana aku menjelaskannya. dan Siapakah sebenarnya Pak Rei itu?. Masih ada cerita yang biasa dan menarik selama aku di Laboratorium. 


Bersambung ke #2 



Comments

Popular posts from this blog

Tabel Periodik Unsur Kimia

AMPEREMETER DAN VOLTMETER

·           VOLTMETER Voltmeter DC merupakan alat ukur yang berfungsi untuk mengetahui beda potensial tegangan DC antara 2 titik pada suatu beban listrik atau rangkaian elektronika. Konsep yang digunakan dalam sebuah volt meter DC hampir sama dengan konsep pada ampere meter. Pada volt meter arus searah atau DC volt meter tahanan shunt atau shunt resistor dipasang seri dengan kumparan putar magnet permanen (permanent magnet moving coil) PMMC yang berfungsi sebagai pengali (multiplier).  Tahanan Pengali (Multiplier Resistor) Penambahan sebuah tahanan seri atau pengali (multiplier), mengubah gerakan d’arsonval menjadi sebuah voltmeter arus searah. Tahanan pengali membatasi arus kealat ukur agar tidak melebihi arus sakala penuh (Idp). Sebuah voltmeter arus searah mengukur beda potensial antara dua titik dalam sebuah rangkaian arus searah dan dengan demikian dihubungkan paralel terhadap sebuah sumber tegangan atau komponen rangkaian. Biasanya terminal-termianal alat ukur ini di

LOGO FMIPA DAN UNIVERSITAS PAKUAN, BOGOR

Logo diatas merupakan logo Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Pakuan, Bogor. Logo diatas merupakan Logo sebuah universitas yang bernama Universitas Pakuan di kota Bogor.