Skip to main content

Penyedap Rasa : Curhat #3

Aku Iraha, aku bekerja bersama ayahku, namanya pak Rei. Di perusahaan Farmasi yaitu PT. Alfabet Labs, aku berkerja sebagai Analis di salah satu laboratorium perusahaan tersebut. Belum seminggu aku bekerja disana, aku sudah berbuat ulah, membuat ledakan yang luar biasa di laboratorium. Aku tak ingin ayah mengetahuinya.


Sebelumnya di [Penyedap Rasa]

Kejadian itu membuat aku terkuras. lebih dari hari apapun. 

Aku berbaring. lebih baik tidur saja.

Tiba-tiba, ketukan pintu membuatku terbangun.

aku berjalan menghampiri pintu dengan malas. 

"sebentar"

ketika aku buka, ternyata yang ada dihadapanku adalah pak Rei.

"Lah, ayah?, Tumben sekali kemari?"

tanpa menjawab pertanyaanku, ayahku malah bertanya.

“sudah makan belum?”
“belum yah, malas”
“kita makan diluar saja, nak. Ganti bajumu. Ada yang mau ayah bicarakan penting sama kamu”
Aku langsung berpikiran aneh-aneh, dan pasti ini tentang kejadian di Laboratorium. Aku bergegas mengganti pakaianku, sedangkan ayahku menunggu di luar. Di mobilnya.
Tanpa aku ketahui, ternyata ayah membawa temannya, terlihat dari jauh seorang wanita. Teman dekat mungkin. Ya, memang ayahku telah ditinggal lama oleh ibuku juga, yang 3 tahun lalu meninggal dunia karena sakit jantung.
Aku berjalan menyusuri gang, karena kosanku agak sedikit kedalam dari jalan raya, tapi mobil ayah masih terlihat.
Aku buka pintu mobil ayah, dan betapa kagetnya aku menemui kenyataan, wanita yang ayah ajak adalah Ibu Sri. Ya, ibu Sri adalah menagerku di Laboratorium tempat aku bekerja. Whaaatttttttt !!!!!!
Rasanya inginku kembali ke kosan dan tidur kembali, ingin rasanya ku berakting bahwa aku bukan anak dari Pak Rei, sehingga aku tetap punya muka dihadapan ibu Sri.
Sebelum aku duduk.
“Aaaaa........” aku berusaha memulai pembicaraan
“Oh iya, bu Sri, ini kenalkan Iraha, Anak didik saya. Eh, seharusnya kan memang udah kenal kan iraha, dan bu Sri juga.” Jelas ayahku
Huhhhh...... untung pikirku
“ Iya, iraha apa kabar? Gimana kerjaan di Lab-nya. Maaf tadi ibu gak ke Lab karena banyak urusan di luar” ibu Sri tersenyum.
Lah, apa ibu Sri ini belum tau kejadian tadi siang? Pikirku
Aku pura-pura diam saja atau bagaimana ini?
“ini bu Sri, sekalian mau pulang, tapi suaminya tak bisa menjemput, jadi aaaa.....aaaaayy.....eh... Bapa maksudnya, mengantarnya, karena searah ke tempat kita berdua akan makan. Lagian kasian kan kalo malem-malem gini pulang sendiri” Jelaskan ayahku sekali lagi. Ibu Sri yang duduk di belakang mengiyakan dengan anggukkannya.
“iya, pak. Bu Sri, Maaf bu, sebenarnya ada yang terjadi di laboratorium siang ini, kejadian yang luar biasa menghebohkan. Apa ibu belum dapat kabar dari pekerja lain?”
“apa yah? Ibu belum tau”
Lah, terpaksa aku menjelaskan detailnya. Aku jelaskan dari awal kejadian hingga terjadi ledakan di Laboratorium tersebut, hingga aku membela diri karena itu sesuai prosedur, tapi ada keselah dari alatnya.
Ayahku terdiam dan Ibu Sri juga, sepersekian detik.
“Oh itu, ibu sudah dengar, yang penting sekarang semua baik-baik saja, termasuk, siapa?? Yang terkena pecahan itu, iya Rasty. Sekarang udah baik-baik saja.”
“Tadi juga ibu dan pak Rei sudah menjenguk Rasty dan cek Laboratorium. Kita malah tidak tau itu karena kamu. yang penting sekarang adalah ketelitian kamu saat kerja, tak perlu saling menyalahkan.”
“iya, iraha. Yang penting kamu dan teman-teman baik-baik saja. Laboratorium wajar ada yang pecah, yang penting SDM-nya baik-baik saja” jelas ayah menenangkan aku, yang saat itu sangat tegang menunggu kemungkinan jawaban mereka
“Besok, kamu keruangan ibu yah.”
“Siap bu. Sekali lagi saya mohon maaf atas kesalahan yang saya perbuat, kelalaian saya yang membuat celaka orang lain.”
Tak terasa, sudah sampai di depan rumah ibu Sri. Suaminya membukakan pagar dan menyambut bu Sri dengan mesranya. Kami berdua kemudian langsung pergi setelah itu pula.
Aku terdiam. Begitu lama.
Waktu telah menunjukkan jam 8 malam.
“kita makan di sini saja yah?”tanya ayahku sambil menunjuk sate di pinggir jalan.
“terserah ayah” ketenanganku mendengar percakapan tadi dari ibu Sri, buyar dengan pikiran ku berikutnya, tentang bagaimana ayahku menyikapi kejadian itu, dan tau bahwa aku adalah penyebabnya.
“santai aja iraha, nikmatilah hidup ini” ayahku berusaha membuyarkan pikiranku saat itu.
Duduk santai, dan terdengar suara motor lalu lalang. Kami berdua menikmati asap dari kipasan abang tukang sate, membuat perut semakin terasa ingin diisi lebih cepat.
“cerita kalo kamu ada masalah, jangan selalu diam begini” ayahku mencoba memulai pembincaraan
“kamu, satu-satunya yang keluarga yang ayah miliki sekarang, setelah adik dan ibumu pergi”
“dulu, ayah pernah kehilangan ibu kandung ayah, dan rasanya sedih sekali. Diumur ayah yang hanya 10 tahun ayah terpisah dari ibu kandung ayah sendiri, padahal beliau masih ada dan ayah malah di rawat oleh ibu tiri ayah. Itu berat dan ayah merasa bersalah sekali tidak bisa bertemu ibu ayah sendiri”
“Sekarang, kamu mencoba mandiri, mencoba menjadi diri kamu sendiri, tapi terkadang ayah kesepian di rumah sendiri. Banyak pekerjaan yang ayah kerjakan, terkadang penat dan menyebalkan. Tapi itulah hidup. Ayah nikmati”
“ayah ingin kamu tau, kalau ayah khawatir atas apa yang terjadi sama kamu hari ini. Ayah tau beban dan rasa bersalahmu sangat tinggi. Tapi sudahlah ini telah terjadi. Ayah bukan tipe yang bisa membuat kamu semangat, atau bisa buat kamu bahagia dengan kehidupan yang ayah beri”

Aku terdiam mendengar kata-kata yang ayah ucapkan, aku tertunduk. Mengingat masa-masa sulit saat ibu dan adikku pergi dalam waktu yang kurang lebih berdekatan. Masa dimana aku tidak ingin alami lagi. Terkadang, aku ingin sekali pulang kerumah dan hidup berdua dengan ayah. Tapi, terkadang pula, ayah lupa kalau aku ada dan lebih memilih pekerjaannya. Masalah hidupku mungkin belum ada apa-apannya dibandingkan dengan masalah hidup ayahku ini. Jujur, aku belum tahu cerita ayah yang pernah ditinggal oleh ibunya (nenekku), dan sekarang aku baru tau, dan penasaran ingin aku tanyakan. Tapi, aku urungkan dan lebih memilih untuk membahas yang lain.

Tanpa terasa mataku berkaca-kaca dan meneteskan air mata, aku tetap tertunduk ketika ku menjelaskan masalah yang telah aku alami, aku terlalu dalam memikirkan hal-hal lain, meskipun sebenarnya tak perlu. aku lemah dan tak bisa mengontrol emosi saat dihadapkan dengan masalah sekecil ini. Aku dinasehati dengan segala solusi yang ayah beri, meski terkadang sepertinya kau bisa melewatinya. Aku berterima kasih telah diberikan ayah seperti ini. Terkadang cuek, aneh dan pengertian.

Curahan Hati (Curhat) dari seorang ayah ke anaknya dan anak ke ayahnya terjadi begitu saja, sampai tak terasa malam semakin dalam.

“Besok ayah ke Luar kota, kamu kerja yang bener lah, jangan cari sensasi mulu, hahahahahah”
“aaaaaaaahhh, cari sensasi lagi.. engga lah, niat banget ampe segitunya”
“masalah itu bukan apa-apa, karena itu adalah bagian dari hidup kamu juga” ayahku sok bijak.

...............................................................................................................................

Keesokan harinya,

“raha, kemarin malem, lu bukan sih, di tukang sate depan ind*mart sama bapa ganteng yang punya perusahaan ini, pak rei itu?” tanya seorang wanita, yang kalo gak salah namanya ina depan lokerku.
“haah” aku kaget dan gak tau harus bilang apa
Ya, ayahku (Pak Rei) memang pemilik dan Direktur utama dari PT. Alfabet Labs, aku gak mungkin mengakuinya kepada teman-teman atau para pekerja lain, karena aku pasti akan diperlakukan sangat-sangat berbeda.
Alasan apa yang harus aku buat (lagi), karena aku sadar, ina pasti akan mencurigai setidaknya hubunganku dengan pak rei itu seperti apa.
“lu, apa jangan-jangan anaknya pak Rei yah?” Ina berusaha menebak-nebak
“Bukan, sueer” aku sedikit gagap menanggapinya
“Lagian kalo bener juga gapapa, gue gak akan bilang siapa-siapa? Paling gue cuma bisikin ke sinta. hahhahahahaha”
Nah, setauku sinta adalah orang yang dijuluki ratu gosip di departemen ku, bisa kacau ini.
Saat ina dan aku sedang berbicara, aku dikagetkan dengan terikan Neto (teman satu Lab ku)
“Raha, lu dipanggil satpam noh, gatau deh. Di depan ada pak Rei juga soalnya. Jangan-jangan gara-gara kejadian kemarin yah...” neto yang sedikit mengumam.
“Tengkyu, to” aku bergegas ke pos satpam depan. Berjalan dan melewati beberapa karyawan yang baru datang.
“rahaaaaaa, sini” dari kejauhan terlihat ayah memanggilku.
Ada apa lagi ini? pikirku.


---Bersambung ke #4

Comments

Popular posts from this blog

Tabel Periodik Unsur Kimia

AMPEREMETER DAN VOLTMETER

·           VOLTMETER Voltmeter DC merupakan alat ukur yang berfungsi untuk mengetahui beda potensial tegangan DC antara 2 titik pada suatu beban listrik atau rangkaian elektronika. Konsep yang digunakan dalam sebuah volt meter DC hampir sama dengan konsep pada ampere meter. Pada volt meter arus searah atau DC volt meter tahanan shunt atau shunt resistor dipasang seri dengan kumparan putar magnet permanen (permanent magnet moving coil) PMMC yang berfungsi sebagai pengali (multiplier).  Tahanan Pengali (Multiplier Resistor) Penambahan sebuah tahanan seri atau pengali (multiplier), mengubah gerakan d’arsonval menjadi sebuah voltmeter arus searah. Tahanan pengali membatasi arus kealat ukur agar tidak melebihi arus sakala penuh (Idp). Sebuah voltmeter arus searah mengukur beda potensial antara dua titik dalam sebuah rangkaian arus searah dan dengan demikian dihubungkan paralel terhadap sebuah sumber tegangan atau komponen rangkaian. Biasanya terminal-termianal alat ukur ini di

LOGO FMIPA DAN UNIVERSITAS PAKUAN, BOGOR

Logo diatas merupakan logo Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Pakuan, Bogor. Logo diatas merupakan Logo sebuah universitas yang bernama Universitas Pakuan di kota Bogor.